Pengertian
Pembelajaran Berbasis Proyek
Kata “proyek” berasal dari bahasa
latin “proyektum” yang artinya maksud tujuan,rancangan, rencana. Jadi
memproyeksikan berarti merancang, merencanakan, dengan maksud dan tujuan
tertentu, yaitu mempunyai planning yang baik di dalam kegiatan tahunan dan
sebagainya. Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh
siswa dapat berupa proyek perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam
jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuah produk, yang
hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan. Pelaksanaan proyek
dilakukan secara kolaboratif dan inovatif, unik, yang berfokus pada pemecahan
masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran berbasis proyek
merupakan bagian dari metoda instruksional yang berpusat pada pebelajar. Model
ini sebagai ganti penggunaan suatu model pembelajaran yang masih bersifat
teacher-centered yang cenderung membuat pebelajar lebih
pasif dibandingkan dengan guru. Hal tersebut mengakibatkan motivasi belajar
siswa menjadi rendah sehingga kinerja ilmiah mereka pun menurun.
Tujuan
Metode Proyek
Tujuan dari pembelajaran berbasis
proyek yaitu mengaktifkan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar serta
membiasakan anak untuk berinteraksi kepada lingkungan. Pengajaran proyek sangat
memberikan kesempatan pada anak untuk mau bekerja dan secara produktif
menemukan berbagi pengetahuan. Guru hanya mengamati dan memantau jalannya
kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Pendekatan
dalam Metode Proyek
Ada beberapa pendekatan dalam
mencapai pembelajaran berbasis proyek, antara lain :
1.Pendekatan
Konstruktivisme
Pendekatan pembelajaran proyek ini
didukung oleh teori belajar konstruktivisme. Teori belajar ini berdasarkan pada
ide bahwa anak didik dapat membangun pengetahuannya sendiri dalam konteks
pengalaman. Pendekatan pembelajaran proyek ini dapat dipandang sebagai salah
satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong anak
membangun pengetahuan dan keterampilan secara personal. Mereka akan memahami
bahan kajian dengan menggunakan bahasa mereka sendiri berdasarkan apa yang
mereka lihat, temukan, dan alami.
2.
Pendekatan Inkuiri
Pendekatan yang melibatkan
keterampilan pemperolehan berbagai konsep pengetahuan, keterampilan, kemampuan
dan nilai-nilai yang dilakukannya sendiri melalui sejumlah proses, seperti
mengamati, mencari, dan menemukan.
3.
Pendekatan Children Centre
Pendekatan pembelajaran proyek ini
beranggapan bahwa pusat kegiatan pembelajaran bertitik tolak pada aktivitas
anak. Anak didik memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam
mencari, menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan,
keterampilan, srta nilai-nilai yang telah diperolehnya
Menurut Cord et al. (Khamdi, 2007) pembelajaran berbasis
proyek adalah suatu model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang
menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.
Pembelajaran berbasis proyek adalah penggunaan proyek sebagai model
pembelajaran. Proyek-proyek meletakkan siswa dalam sebuah peran aktif yaitu
sebagai pemecah masalah, pengambil keputusan, peneliti, dan pembuat dokumen.
Pembelajaran berbasis proyek berangkat dari pandangan
konstruktivism yang mengacu pada pendekatan kontekstual (Khamdi, 2007). Dengan
demikian, pembelajaran berbasis proyek merupakan metode yang menggunakan
belajar kontekstual, dimana para siswa berperan aktif untuk memecahkan masalah,
mengambil keputusan, meneliti, mempresentasikan, dan membuat dokumen.
Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan
kompleks yang diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan memahaminya.
Ciri pembelajaran berbasis proyek menurut Center For Youth
Development and Education-Boston (Muliawati, 2010:10), yaitu:
1. Melibatkan para siswa
dalam masalah-masalah kompleks, persoalan-persoalan di dunia nyata, di mana pun
para siswa dapat memilih dan menentukan persoalan atau masalah yang bermakna
bagi mereka.
2. Para siswa diharuskan
menggunakan penyelidikan, penelitian keterampilan perencanaan, berpikir kritis
dan kemampuan memecahkan masalah saat mereka menyelesaikan proyek.
3. Para siswa diharuskan
mempelajari dan menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya dalam
berbagai konteks ketika mengerjakan proyek.
4. Memberikan kesempatan
bagi siswa untuk belajar dan mempraktekkan keterampilan pribadi pada saat
mereka bekerja dalam tim kooperatif, maupun saat mendiskusikan dengan guru.
5. Memberikan kesempatan
para siswa mempraktekkan berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk kehidupan
dewasa mereka dan karir (bagaimana mengalokasikan waktu , menjadi individu yang
bertanggungjawab, keterampilan pribadi, belajar melalui pengalaman).
6. Menyampaikan harapan
mengenai prestasi/hasil pembelajaran; ini disesuaikan dengan standar dan tujuan
pembelajaran untuk sekolah/negara.
7. Melakukan refleksi
yang mengarahkan siswa untuk berpikir kritis tentang pengalaman mereka dan
menghubungkan pengalaman dengan pelajaran.
8. Berakhir dengan
presentasi atau produk yang menunjukkan pembelajaran dan kemudian dinilai ;
kriteria dapat ditentukan oleh para siswa.
Pengimplementasian pembelajaran berbasis proyek tidak
terlepas dari kurikulum, pertanggungjawaban, realisme, belajar aktif, umpan
balik, pengetahuan umum, pertanyaan yang memacu, investigasi konstruktif, serta
otonomi. Purnawan (Muliawati, 2010:11) mengungkapkan bahwa pembelajaran
berbasis proyek mengacu pada hal-hal sebagai berikut:
1. Curriculum,memerlukan
suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
2. Responsibility,
PBL menekankan responbility dan answerability para
siswa ke diri dan panutannya.
3. Realism,
kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang
sebenarnya.
4. Active learning,
menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan siswa untuk
menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses
pembelajaran yang mandiri.
5. Feedback,
diskusi, presentasi dan evaluasi terhadap para siswa menghasilkan umpan balik
yang berharga, ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
6. General skill,
pembelajaran berbasis proyek dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok
dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan
yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self
management.
7. Driving questions,
pembelajaran berbasis proyek difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang
memicu siswa untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip
dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
8. Constructive
investigations, sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan
pengetahuan para siswa.
9. Autonomy,
proyek menjadikan aktivitas siswa sangat penting
Berbeda dengan proses pembelajaran yang dilakukan secara
tradisional, pembelajaran berbasis proyek mendorong siswa untuk mengeluarkan
ide untuk menyelesaikan masalah yang kompleks yang diambil dari kehidupan
nyata, sehingga tahap-tahap pembelajaran antara keduanya tidak sama.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan dalam 3 tahap (Anita,
2007:25), yaitu:
1. Tahapan perencanaan
proyek
Adapun langkah-langkah perencanaan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b. Menentukan
topik yang akan dibahas.
c. Mengelompokkan
siswa dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-5 orang dengan tingkat
kemampuan beragam.
d. Merancang
dan menyusun LKS.
e. Merancang
kebutuhan sumber belajar.
f. Menetapkan
rancangan penilaian.
2. Tahap pelaksanaan
Siswa dalam masing-masing
kelompok melaksanakan proyek dengan melakukan investigasi atau
berpikir dengan kemampuannya berdasarkan pada pengalaman yang dimiliki.
Kemudian diadakan diskusi kelompok. Sementara guru membimbing siswa yang
mengalami kesulitan dengan bertindak sebagai fasilitator.
3. Tahap penilaian
Pada tahap ini, guru melakukan
evaluasi terhadap hasil kerja masing-masing kelompok. Berdasarkan penilaian
tersebut, guru dapat membuat kesimpulan apakah kegiatan tersebut perlu
diperbaiki atau tidak, dan bagian mana yang perlu diperbaiki.
Tidak satupun metode yang sempurna sehingga dapat dipakai
untuk semua pembelajaran. Namun, ada beberapa kelebihan dari setiap metode.
Adapun kelebihan dari penggunaan pembelajaran berbasis proyek menurut Kamdi
(Muliawati, 2010:13) adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan
motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek banyak yang mengatakan bahwa
siswa tekun sampai lewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek.
2. Meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif
tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam
tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada
bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendeskripsikan
lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan
berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
3. Meningkatkan
kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa
mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja
kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi adalah aspek-aspek kolaboratif
dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik
menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial , dan bahwa siswa akan belajar
lebih di dalam lingkungan kolaboratif
4. Meningkatkan
keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi siswa yang
independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.
Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan
kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat
alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas.
Adapun kekurangan dari pembelajaran berbasis proyek menurut
Anita (2007: 27) adalah sebagai berikut:
a. Tiap
mata pelajaran mempunyai kesulitan tersendiri, yang tidak dapat selalu dipenuhi
di dalam proyek.
b. Sukar
untuk memilih proyek yang tepat.
c. Menyiapkan
tugas bukan suatu hal yang mudah.
d. Sulitnya
mencari sumber-sumber referensi yang sesuai
Definisi tersebut sejalan dengan uraian yang dipaparkan oleh Bell (2005) yaitu sebagai berikut.
a. Project Based Learning is curriculum fueled and standards based. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menghendaki adanya standar isi dalam kurikulumnya. Melalui Pembelajaran berbasis proyek, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (aguiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
b. Project Based Learning asks a question or poses a problem that each student can answer. Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menuntut pengajar dan atau peserta didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun.
c. Project Based Learning asks students to investigate issues and topics addressing real-world problems while integrating subjects across the curriculum. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menuntut peserta didik membuat “jembatan” yang menghubungkan antar berbagai subjek materi. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata.
d. Project Based Learning is a models that fosters abstract, intellectual tasks to explore complex issues. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memperhatikan pemahaman peserta didik dalam melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui cara yang bermakna. Pembelajaran berbasis proyek juga merupakan suatu model pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah yang bermakna, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata. Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi teoritis dan praktek, tetapi juga memotivasi siswa untuk merefleksi apa yang mereka pelajari dalam pembelajaran dalam sebuah proyek nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah mereka Grant (2008). Tahapan model pembelajaran berbasis proyek ditunjukkan oleh Gambar
Penjelasan Gambar diatas adalah sebagai berikut.
1. Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan pemikiran terhadap proyek tersebut sesuai dengan kerangka yang ada, dan menyediakan sumber yang dapat membantu pengerjaannya.
2. Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar, pelajar akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, dan berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasar pada pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub topik suatu proyek.
3. Pelajar bekerja dalam proyek kelompok. Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik. Jika bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan dan memiliki rasa tanggung jawab
4. Setelah perencanaan proyek, siswa melakukan investigasi terhadap sumber-sumber yang berkaitan dengan proyek dan mulai membuat sketsa proyek.
5. Pelajar membuat proyek sesuai sketsa setelah selesai kemudian membuat laporan, presentasi sebagai hasil dari kegiatannya. Peserta menerima feedback atas apa yang dibuatnya dari kelompok, teman, dan pengajar.
6. Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan produktivitasnya dalam pengerjaan proyek.
Secara lebih rinci, model pembelajaran berbasis proyek mengikuti lima langkah utama, yaitu: (1) menetapkan tema proyek, (2) menetapkan konteks belajar, (3) merencanakan aktivitas, (4) memeroses aktivitas, dan (5) penerapan aktivitas (Santyasa, 2006).
(1) Menetapkan tema proyek. Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: (a) memuat gagasan yang penting dan menarik, (b) mendeskripsikan masalah kompleks, (c) mengutamakan pemecahan masalah.
(2) Menetapkan konteks belajar. Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: (a) mengutamakan otonomi siswa, (b) melakukan inquiry (c) siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien, (d) siswa belajar penuh dengan kontrol diri dan bertanggung jawab
(3)Merencanakan aktivitas-aktivitas. Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah mencari sumber yang berkait dengan tema proyek.
(4) Memeroses aktivitas-aktivitas. Indikator-indikator memroses aktivitas meliputi antara lain: (a) membuat sketsa, (b) melukiskan analisa rancangan proyek.
(5) Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah yang dilakukan, adalah: (a) mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, (b) membuat laporan terkait dengan proyek, dan (3) mempresentasikan proyek
Kelima langkah tersebut mengandung interpretasi bahwa dalam mengerjakan proyek, siswa dapat berkolaborasi dan melakukan investigasi dalam kelompok kolaboratif antara 4-5 orang. Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dan dikembangkan oleh siswa dalam tim adalah merencanakan, mengorganisasikan, negosiasi, dan membuat konsensus tentang tugas yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan apa, dan bagaimana mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam berinvestigasi. Keterampilan yang dibutuhkan dan yang akan dikembangkan oleh siswa merupakan keterampilan yang esensial sebagai landasan untuk keberhasilan proyek mereka. Keterampilan-keterampilan yang dikembangkan melalui kolaborasi dalam tim menyebabkan pembelajaran menjadi aktif, di mana setiap individu memiliki keterampilan yang bervariasi sehingga setiap individu mencoba menunjukkan keterampilan yang mereka miliki dalam kerja tim mereka. Pembelajaran secara aktif dapat memimpin siswa ke arah peningkatan keterampilan dan kinerja ilmiah. Kinerja ilmiah tersebut mencakup prestasi akademis, mutu interaksi hubungan antar pribadi, rasa harga diri, persepsi dukungan sosial lebih besar, dan keselarasan antar para siswa.
Implikasi model pembelajaran berbasis proyek dalam proses belajar mengajar adalah pembelajaran berbasis proyek memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Selain itu, dalam pembelajaran berbasis proyek siswa menjadi terdorong lebih aktif berakitivitas dalam belajar sehingga dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan mengevaluasi proses dan produk hasil kinerja siswa meliputi outcome yang mampu ditampilkan dari hasil proyek yang dikerjakan.
Pembelajaran berbasis proyek sebagai salah satu wahana yang memaksimalkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar dan kinerja ilmiah siswa dan membantu para siswa untuk mengembangkan ketrampilan belajar jangka panjang. Para siswa mengetahui bahwa mereka adalah mitra penuh dalam lingkungan pelajaran ini dan bertanggung jawab dalam proses pelajaran. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek juga dapat meningkatkan keyakinan diri para siswa, motivasi untuk belajar, kemampuan kreatif, dan mengagumi diri sendiri. Pembelajaran berbasis proyek merupakan integrasi dari pembelajaran berbasis sains dan teknologi.
Implikasi tersebut sejalan dengan uraian yang diungkapkan oleh (Sampurno, 2009) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk pebelajar serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa dalam pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator. Keuntungan-keuntungan pembelajaran berbasis proyek, yaitu: (1) meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, (3) meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek menyebabkan siswa mampu mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi dan kinerja ilmiah siswa, (4) meningkatkan keterampilan mengelola sumber yaitu bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.
Ellis (2008) juga memaparkan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan merupakan ajang kesempatan berdiskusi yang bagus bagi siswa, mengasuh penemuan langsung siswa terhadap masalah dunia nyata, memberi mereka kesenangan dalam pembelajaran dan dapat dijadikan strategi mengajar yang efektif. Dalam konteks ini siswa mempunyai pilihan untuk menginvestigasi topik-topik yang berkaitan dengan masalah dunia nyata, saling bertukar pendapat antara kelompok yang membahas topik yang berbeda, mencari pengetahuan dari berbagai sumber, mengambil keputusan dan mempresentasikan proyek/hasil diskusi mereka. Selain itu, pemakaian proyek dengan flow visualisation (gambar alir) yang dikaitkan dengan kinerja ilmiah dapat meningkatkan keterampilan dan pemahaman siswa tentang proyek yang mereka kerjakan. Jadi dengan menggunakan flow visualisation dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan keterampilan siswa khususnya kinerja ilmiah dalam merancang proyek sebagai refleksi antara teori dan praktek dalam pembelajaran.
Pembelajaran berbasis proyek telah menjadi bagian dari kurikulum sekolah yang memiliki ciri khas melibatkan para siswa di dalam desain proyek, penyelidikan pemecahan masalah, atau pengalaman yang memberi perluasan waktu kepada para siswa untuk bekerja secara otonomi. Pembelajaran berbasis proyek juga dapat menyediakan peluang bagi pengembangan keterampilan baru, eksplorasi, praktik dan manajemen proyek. Dalam bidang sains, dukungan guru dan penemuan proyek dapat menyediakan pengalaman pribadi dalam proses penemuan dan pemahaman. Tidak hanya mengerjakan proyek secara alami dan menguatkan filosofi ilmu pengetahuan, tetapi mereka juga membantu para siswa untuk membangun koneksi diantara pengalaman kelas mereka, lingkungan dan minat mereka.
Uraian tersebut sesuai dengan pendapat Doppelt (2005) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek mempunyai nilai keaslian di dalam dunia pendidikan yang mampu membimbing siswa menuju ke riset, rencana, desain, dan mencerminkan ciptaan atau hasil kreasi dari proyek teknologi dan peran guru seyogyanya membantu peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dari ilmu pengetahuan dan disiplin ilmu lainnya ke dalam proses desain.
Pembelajaran berbasis proyek yang berpusat pada pebelajar dan memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk menyelidiki topik permasalahan, membuat pebelajar menjadi lebih otonomi sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri serta pembelajaran menjadi lebih bermakna. Aplikasi model pembelajaran berbasis proyek ini mempunyai beberapa alasan, yaitu: (1) menawarkan potensi produksi dan tindakan pengetahuan kolektif di dalam proyek sosial, (2) dalam tradisi pendidikan masyarakat radikal, pengajaran merupakan underpinned oleh kepercayaan yang bermanfaat pada pengembangan pengetahuan yang melibatkan pengembangan pemikiran, (3) proses kerja kelompok yang saling mendukung dapat membuka berbagai peluang untuk kreativitas, karena para siswa mengadakan percobaan dengan penafsiran berpikir dan data berbeda untuk menyelesaikan permasalahan dalam proyek mereka yang dapat diterapkan untuk mengembangkan pembentukan masyarakat praktek Grant (2008). Keberhasilan penerapan pembelajaran berbasis proyek pada siswa tergantung dari rancangan tahap pembelajaran. Tahap pelajaran yang dirancang harus dapat menggali penemuan-penemuan mereka sendiri. Peran pendidik dalam pembelajaran ini adalah sebagai mediator dan fasilitator, di mana dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek, pendidik harus mampu memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat mereka dalam presentasi proyek secara demokratis.
Daftar
Pustaka :
Bell, B.F. 2005. “Children’s Science,
Contructivism and Learning in Science”. Tersedia pada:
http://www.gsn.org/web/ontructivism /whatis.htm.
Doppelt, Y. 2005. “Assessment of Project-Based Learning”. International Journal of Technology Education, Volume16, Nomor 2. Tersedia pada: http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/v16n2/pdf/doppelt.pdf.
Ellis, T. J. dan W. Hafner. 2008. “Building A Framework to Support Project-Based Collaborative Learning Experiences in An Asynchronous Learning Network (ALN)”. Interdisciplinary Journal of E-Learning and Learning Objects. Vol.4. Tersedia pada: http://ijklo.org/volume4/IJELLOv4p167-190Eliis454.pdf.
Grant, M. M. 2008. “Getting A Grip on Project-Based Learning”. A Middle School Computer Technologies Journal. Volume 5, Nomor 1. Tersedia pada: http://www.ncsu.edu/meridian/win2002/514.pdf.
Purnawan, 2007. “Deskripsi Model PBL”. Tersedia pada: http://www.kompas.com.html.
Sampurno. 2009. “Penerapan Metode Belajar Akif dalam Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Hasil Belajar”. Tersedia pada: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/27/Didaktika.html.
Santyasa, I W. 2006. Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS. Makalah. Disajikan dalam Seminar Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Semarapura Tanggal 27 Desember 2006, di Semarapura.
Doppelt, Y. 2005. “Assessment of Project-Based Learning”. International Journal of Technology Education, Volume16, Nomor 2. Tersedia pada: http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/v16n2/pdf/doppelt.pdf.
Ellis, T. J. dan W. Hafner. 2008. “Building A Framework to Support Project-Based Collaborative Learning Experiences in An Asynchronous Learning Network (ALN)”. Interdisciplinary Journal of E-Learning and Learning Objects. Vol.4. Tersedia pada: http://ijklo.org/volume4/IJELLOv4p167-190Eliis454.pdf.
Grant, M. M. 2008. “Getting A Grip on Project-Based Learning”. A Middle School Computer Technologies Journal. Volume 5, Nomor 1. Tersedia pada: http://www.ncsu.edu/meridian/win2002/514.pdf.
Purnawan, 2007. “Deskripsi Model PBL”. Tersedia pada: http://www.kompas.com.html.
Sampurno. 2009. “Penerapan Metode Belajar Akif dalam Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Hasil Belajar”. Tersedia pada: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/27/Didaktika.html.
Santyasa, I W. 2006. Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS. Makalah. Disajikan dalam Seminar Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Semarapura Tanggal 27 Desember 2006, di Semarapura.
boleh tau daftar pustakanya gak?
BalasHapus