KONSEP PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK
USIA SEKOLAH MENENGAH
TujuanPembelajaran
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta didik/ mahasiswa
mampu :
1.
Memahami
konsep dari penyesuaian diri.
2.
Menjelaskan
pengertian dari penyesuaian diri.
3.
Memahami
karakterisitik penyesuaian diri.
4.
Mengetahui
aspek-aspek dari penyesuaian diri.
5.
Memahami
penyesuaian diri dari berbagai aspek kehidupan.
A.
Pengertian
Penyesuaian Diri
Kemampuan penyesuaian diri yang sehat terhadap lingkungan merupakan
salah satu prasarat yang penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental
individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan
dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri baik dengan
kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan maupun masyarakat pada umumnya. Tidak
sedikit orang-orang yang menglami stress atau depresi akibat kegagalan mereka
untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi lingkungan yang ada dan
kompleks.
Makna keberhasilan pendidikan seseorang terletak pada sejauh mana
yang telah dipelajari itu dapat membantu dalam menyesuaikan diri dengan
kebutuhan dna tuntutan lingkungan kehidupannya. Berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan yang diperoleh dari sekolah dan di luar sekolah. Seseorang memiliki
sejumlah kecakapan, minat, sikap, cita-cita, da pandangan hidup. Dengan
pengalaman-pengalaman itu, secara berkesinambungan, ai dibentuk manjadi seorang
pribadi yang matang dan memiliki tanggung jawab sosial dan moral.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oelh
faktor-faktor lingkungan yang kemungkinan akan berkembangan ke proses
penyesuaian yang baik atau tidak baik. Sejak lahir sampai meninggal, seseorang
individu merupakan organisme yang bergerak aktf dan dinamis. Ia aktif dengan
tujuan dan aktivitas-aktivitasnya yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan rohani.
Pengertian penyesuaian diri (adaptasi) pada awalnya berasal dari
pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi, yaitudikemukakan oleh Charles
Darwin yang terkenal dengan teori evolusi. Ia mengatakan “genetic changes can
improve the ability of organisms to survive, reproduce, and in animals, reise
offspring, this process is called adaptation”. Artinya tingkah laku manusia
dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan alamiah
lainnya. Semua makluk hidup secara alami telah dibekali beradaptasi dengan
keadaan lingkungan alam untuk bertahan hidup. Dalam istilah psikologi,
penyesuaian diri (adaptasi dalam istilah biologi) disebut dengan istilah
adjustment merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri
dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991).
Dengan demikian, penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah
dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan
yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya. Penyesuaian diri juga dapat
diartikan sebagai berikut.
a.
Penyesuaian
diri berarti adapatasi dapat dipertahankan eksistensi, atau bias “survive” dan
memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani, dan dapat mengadakan relasi yang
memuaskan dnegan tuntutan lingkuangan sesial.
b.
Penyesuaian
diri dapat pula diartikan sebagai konformitas yang berarti menyesuaiakan
sesuatu dengn standar atau prinsip yang berlaku umum.
c.
Penyesuaian
diri dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat
rencana dan juga mengordinasir respons-respon sedemikian rupa, sehingga bisa
mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi-frustasi secara
efektif. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang
adekuat atau memenuhi syarat.
d.
Penyesuaian
diri dapat diatikan sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan
emosiaonal berarti memiliki respons emosional yang sehat dan tepat pada setiap
persoalan.
B.
Karateristik
Penyesuaian Diri
Dalam kenyataan, tidak selamanya individu akan berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri. Hal itu disebabkan adanya rintangan atau hambatan
tertentu yang menyebabkan ia tidak mampu melakukan penyesuaian diri secara
optimal. Rintangan-rintangan tersebut, ada individu-individu yang mampu
melakukan penyesuian diri secara positif, tetapi ada pula yang melakukan
penyesuaian diri secara tidak tepat(salah suai).
Untuk
lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan karakteristik penyesuaian diri yang
positif dan penyesuaian diri yang salah.
1.
Penyesuaian
Diri yang Positif
Diantaranya
ditandai hal-hal sebagai berikut.
a.
Tidak
menunujukan adanya ketegangan emosional yang berlebihan.
b.
Tidak
menunjukan adanya mekanisme pertahankan yang salah.
c.
Tidak
menunjukkkan adanya frustasi pribadi.
d.
Memiliki
pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri.
e.
Mampu
belajar dari pengalaman
f.
Bersikap
realisktik dan objektif.
Dalam penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan
berbagai bentuk berikut ini.
a.
Penyesuian
diri dalam menghadapi masalah secara langsung
Dalam situasi ini, individu secara langsung menghadapi masalah
dengan segala akibat. Ia akan melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah
yang dihadapinya. Misalnya seorang remaja yang hamil sebelum menikah akan
menghadapinya secara langsung dan berusaha mengemukakan segala alasan kepada
orangtuanya.
b.
Penyesuian
diri dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
Dalam situasi ini, individu mencari berbagai pengalaman untuk
menghadapi dan memecahkan masalah-masalahnya. Misalnya, seorang siswa
c.
Penyesuaian
diri dengan trial and error
Dalam cara ini, individu melakukan tindakan coba-coba, dalam arti
kalau menguntungkan diteruskan dan kalu gagal tidak diteruskan. Misalnya,
seorang pengusaha mengadakan spekulasi untuk meningkatkan usahanya.
d.
Penyesuaian
diri dengan subsitusi (mencari pengganti)
Apabila individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, ia dapat
memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti. Misalnya, gagal
berpacaran secara fisik, ia akan berfantasi tentang seorang gadis idamannya.
e.
Penyesuaian
diri dengan belajar
Dengan belajar, individu dapat memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk membantu penyesuaian dirinya. Misalnya,
seorang guru akan berusaha belajar tentang berbagai ilmu pengetahuan untuk
meningkatkan kemampuan profesionalismenya.
f.
Penyesuaian
diri dengan pengendalian diri
Penyesuaian diri akan lebih efektif jika disertai oleh engetahuan
memilih tindakan yang tepat serta pengendalian diri yang tepat pula. Dalam
situasi ini, indifidu akan berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan
dan tindakan mana yang tidak perlu dilakukan.
Cara
inilah yang disebut inhibisi
g.
Penyesuian
diri dengan perncanaan yang cermat
Dalam haini, sikap dan tindakan yang dilakukan merupakan keputusan
yang diambil berdasarkan perencanaan yang cermat atau matang. Keputusan
diambil setelah dipertimbangakan dari
berbagai segi, seperti untung dan ruginya.
2.
Penyesuaian
diri yang salah
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat
mengakibatkan indifidu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuain diri yang
salah ditandai dengan sikap dan tingkah laku yang serba salah, tidak terarah,
emosional, sikap yang realistic, membabi buta, dan sebagainya. Ada tiga bentuk
reaksi dalam penyesuaian yang salah, yaitu rekasi bertahan, rekasi menyerang,
dan reaksi melarikan diri.
a.
Reaksi
bertahan (defence reaction)
Indifidu berusaha mempertahankan dirinya dengan seolah-olah ia
tidak menghadapi kegagaln, ia akan menunjukkan dirinya tidak mengalami
kesulitan. Adapun bentuk kusus dari reaksi ini yaitu:
1)
Resionalisasi, yaitu mencari cari alasan yang masuk akal untuk membenarkan
tindakanya yang salah.
2)
Refresi, yaitu menekan perasaanya yang dirasakan kurang enak kealam kurang
sadar. Ia akan merusaha melupakan perasaan atau pengalamanya yang kurang
menyenangkan atau menyakitkan.
3)
Proyeksi, yaitu menyalahkan kegagalan dirinya pada pihak lain atau pihak
ketiga untuk mencari alasan yang bias diterima. Misalnya, seorang siswa yang
tidak lulus hal itu disebabkan guru-gurunya membenci dirinya
4)
“Saur
Grapes” (anggur kecut)
yaitu memutar balikan fakta atau kenyataan. Misalnya, seorang remaja yang gagal
menulis sms mengatakan bahwa handphonenya rusak, padahal dia sendiri tidak bias
menggunakan HP.
b.
Reaksi
menyerang (Aggrresif Action)
Individu yang salah akan menunjukka sikap dan perilaku yang
bermanfat menyerang atau konfrontasi untuk menutupi kekurangan atau
kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya atau tidak mau menerima
kenyataan. Reaksi-reaksinya, antara lain:
1)
Selalu
membenarkan diri sendiri,
2)
Selalu
ingin berkuasa dalam setiap situasi,
3)
Merasa
senang bila mengganggu orang lain,
4)
Suka
menggertak, baik dengan ucapan maupun perbuatan,
5)
Menunjukan
sikap permusuhan secara terbuka,
6)
Bersikap
menyerang dan merusak,
7)
Keras
kepala dalam sikap dan perbuatannya,
8)
Suka
bersikap balas dendam,
9)
Memerkosa
hak orang lain,
10)
Tindakannya
suka serampangan, dan sebagainya.
c.
Reaksi
melarikan diri (escape reaction)
Dalam reaksi ini, individu akan melarikan diri dari situasi yang
menimbulkan konflik atau kegagalannya. Reaksinya tampak sebagai berikunya:
1)
Suka
berfantasi untuk memuaskan keinginan yang tidak tercapai dengan
bentukangan-angan(seoalah-olah sudah tercapai)
2)
Banyak
tidur, suka minuman keras, bunuh diri, atau menjadi pecandu narkoba,
3)
Regresi,
yaitu kembali pada tingkah laku kekanak-kanakan. Misalnya, orang dewasa yang
bersikap dan berperilaku seperti anak kecil.
3.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri.
Proses penyesuaian diri sangat dipengaruhi oelh factor-faktor yang
menentukan kepribadian itu sendiri, baik internal maupun eksternal.
Faktor-faktor itu dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a.
Faktor
Fisiologis
Kondisi fisik, seperti struktur fisik dan temperamen sebagai
disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik berkaitan
erat dengan susunan tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang
positif antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe temperamen (Moh. Surya,
1977). Misalnya orang yang tergolong ektomorf, yaitu ototnya lemah atau
tubuhnya rapuh, ditandai oleh sifat-sifat segan dalam melakukan aktifitas
social, pemalu, pemurung, dan sebagainya.
Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi yang primer bagi
tingkah laku, dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot
merupakan factor yang peting bagi proses penyesuaian diri.
Kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berpengaruh terhadap
penyesuaian diri. Kualitas penyesuaian diri yang baik pula. Ini berarti bahwa
gannguan jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses
penyesuaian dirinya. Gangguan penyakit yang kronis dapatmenimbulkan kurangnya
kepercayaan diri, perasaan rendah diri, rasa ketergantunangan, perasaan ingin
dikasihi , dan sebagainya.
b.
Faktor
Psikologis
Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian
diri sperti pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-kebutuhan, aktualisasi diri,
frustasi, depresi, dan sebagainya.
1)
Faktor
pengalaman
Tidak semua pengalaman mempunyai makna dalam penyesuaian diri.
Pengalaman yang mempunyai arti dalam penyesuian diri, terutama pengalaman yang
menyenangkan atau pengalaman traumatic (menyusahkan). Pengalaman yang
menyenangkan, seperti memperoleh hadiah dari suatu kegiatan cederung akan
menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya, pengalaman yang
traumatik akan menimbulkan penyesuaian diri yang keliru atau salah susuai.
2)
Faktor
belajar
Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses
penyesuaian diri. Hal ini Karena melalui belajar, pola-pola respon yang
membentuk kepribadian akan berkembang. Sebagian besar respon dan ciri-ciri
kepribadian lebih banyak diperoleh dari proses belajar dari pada diperoleh
secara diwariskan.
3)
Determinasi
diri
Proses penyesuaian diri, disamping ditentukan oleh faktor-faktor
tersebut diatas, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai taraf
penyesuaian yang tinggi dan atau merusak diri.
4)
Faktor
konflik
Pengaruh konflik terhadap perilaku tergantung pada sikap konflik
itu sendiri. Ada pandangan bahwa semua konflik bersifat mengganggu atau
merugikan.Sebenarnya, beberpa konflik dapat memotivasi seseorang untuk
meningkatkan kegiatan dan penyesuaian diri.
c.
Faktor
perkembangan dan kematangan
Dalam proses pengembangan, respon berkembang dari respon yang
bersifat intinktif menjadi respon yang bersikap hasil belajar dan pengalaman.
Dengan bertambahnya usia perubahan dan perkembangan respon, tidak hanya
diperoleh proses beajar, tetapi juga perbuatan indifidu telah matang untuk
melakukan respond an ini menentukan pola penyesuaian dirinya.
Sesuai dengan hokum
perkembangan, tingkat kematangan yang di capai indifidu yang berbeda-beda,
sehingga pola-pola penyesuaian juga akan berfasiasi sesai tingkat perkembaganda
kematangan yang dicapainya. Selain itu, hubungan atara penyesuain dan
perkembangan dapat berbeda-beda menurut jenis aspek perkembangan dan kematangan
yang dicapai. Kondisi-kondisi perkembangan dan kematangan mempengarui tiap
aspek kepribadian indifidu, seperti emosiaonal, social, moral, keagamaan, dan
intelektual.
d.
Faktor
lingkungan
Berbagai lingkungan, seperti keluarga, sekolah dan masyarakat,
kebusayaan, dan agama erpengaruh kuat terhadap diri seseorang.
1)
Pengaruh
lingkungan keluarga
Dari sekian banyak faktor yang mengondisikan penyesuaian diri,
faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting. Karena
keluarga merupakan media sosialisasi bagi anak-anak proses sosialisasi dan
interaksi social yang pertama dan utama di jelani indifidu dilingkungan
keluarganya. Hasil sosialisasi tersebut kemudian dikembangakan dilingkungan
sekolah dan masyarakat umum.
2)
Pengaru
hubungandengan orang tua
Pola hubungan orang tua dan anak mempunyai pengaruh yan positif
terhadap proses penyesuaian diri. Beberapa pola hubungan yang dapat
mempengaruai penyesuaian diri adalah sebagai berikut.
· Menerima (accep tance)
Orang
tua menerima kehadiran anaknya dengan cara-cara yang baik, sikap penerimaan ini
dapat menimbulkan suasana hangat, menyenangkan dan rasa aman bagi anak.
· Menghukum dan disiplin yang berlebihan
Hubungan
orang tua dengan anak bersifat keras. Disiplin yang terlalu berlebihan dapat
menimbulkan suasana psikologis yang kurang menyenangkan bagi anak.
· Memanjakan dan melindungi anak secara berlebiahan
Perlindungan
dan pemanjaan secara berlebiahan dapat menimbulkan perasaan tidak aman,
cemburu, rendah diri, canggung, dan gejala-gejala yang lainya
· Penolakan
Orang
tua menolak kehadiran. Beberapa penelitaian menunjukan bahwa penolakan orang
tua pada anaknya akan menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri
3)
Hubungan
saudara
Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh
kasih sayang, berpengaruh terhadap penyesuaian diri yang lebih baik. Sebaliknya
suasana permusuhan perselisihan, irihati, kebencian, kekerasa, dansebagainya
dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan anak dalam penyesuaiandirinya
4)
Lingkungan
masyarakat
Keadalaan lingkungan masyarakat tempat indifidu berada menentukan
proses dan pola-pola penyesuaian diri. Hasil penelitian menunjukanbahwa gejala
tingkah laku atau prilaku menyimpang bersumber pada pengaruh keadaan lingkungan
masyarakatnya pergaulan yang salah dan terlalu bebas dikalangan reaja dapat
mempengarui pola-pola penyesuaian
dirinya.
5)
Lingkungan
sekolah
Lingkungan sekolah berperan sebagai media sosialaisasi, yaitu
mempengaruhi kehifupan intelektual, social dan moral anak-anak. Suasana sekolah
baik social ataupun psikologis akan mempengarui proses dan pola penyesuaian
diri para siswanya. Pendidikan yang diterima anak disekolah merupakan bekal
bagi proses penyesuain diri mereka dilingkungan masyarakatnya.
e.
Faktor
budaya dan agama
Proses penyesuaian diri anak, emulai lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat secara bertahap dipengarui oleh faktor-faktor kultur dan agama.
Lingkungan kultral tempat indifidu berada dan berinteraksi akan menentukan
polao-pola penyesuaian dirinya. Misalnya, tata cara kehidupan di masjid atau
gereja akan mempengaruhi cara anak menempatkan diri dengan masayarakat
sekitarnya.
Agama mamberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi
konflik, frustasi dan ketegangan lainya. Agama juga memberikan suasana damai
dan tenang pada anak. Ajaran agama ini merupakan sumber nilai, norma,
kepercayaan dan pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti,
tujuan dan kestabilan hidup anak. Sembayang dan berdoa merupakan media menuju
arah kehidupan yang lebih nyaman,
tenang, dan berarti bagi manusia. oleh karena itu, agama memegang peranan
penting dalam proses penyesuaian diri seseotang.
C.
Proses
penyesuaian diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai
keseimbangan diri untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui penyesuaian diri yang
tidak akan pernah tercapai. Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses
psikologis sepanjang hayat (live long procces) dan manusia terus menerus akan
berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup, guna mencapai
pribadi yang sehat.
Orang akan
dikatakansukses dalam melakukan penyesuaian diri jika ia akan mamenuhi
kebutuhanya dengan cara-cara yang wajar atau dapat dierima oleh lingkungan
tanpa merugikan atau mengganggu orang lain. Penyesuaian diri yang baik, yang
selalu ingin diraih oleh seotang tidak akan dicapai, kecuali kehidupan orang
tersebut benar-benar terhindar dari tekanan tergoncangan dan ketegangan jiwa.
Pada dasarnya
enyesuaian diri melibatkan indifidu dengan lingkunganya. Beberapa faktor
lingkungan yang dapat menciptakan penyesuain diri yang cukup sehat bagi remaja
adalah sebagai berikut.
1.
Lingkungan
keluarga yang harmonis
Apabila dibesarkan dalam keluarga yang harmonis yang
didalamnyaterdapat cinta kasih, respek telorensi, rasa aman, dan kehangatan,
seorang anak akan dapat melakukan pen yesuaian diri secara sehat dan baik. Rasa
dekat dengan keluarga merupakan suatu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa
seorang anak
Lingkungan keluarga
juga meupakan lahan untuk mengambangakan berbagai kemampuan, yang
dipelajarainya melalui permainan, canda gurau, pengalaman sehari-hari dalam
keluarga. Dilingkungan keluarga, seorang anak belajar untuk tidak egaois. Ia
diharapkan dapat bebagi rasa dengan anggota kelurga yang lain dan belajar untuk
menghargai hak orang lain.
Dalam interaksi dengan
keluarganya, seorang anak juga mempelajari sejumlah adat dan kebiasaan, seperti
dalam hal makan, minum, berbicara, berpakaian , cara berjalan, duduk dan
sebagainya. Selain itu, dalam keluaraga masih banyak hal lain yang berperan
dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, sepert rasa
percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, sikap
telorensi, kerjasama, kehangatan, dan rasa aman yang semua hal itu sangat
berguan bagi penyesuaian diri di masa depanya.
2.
Lingkungan
Teman Sebaya
Menjalin hubungan yang erat dan harmaonis dengan teman sebaya
sangatlah penting pada masa remaja. Suatu hal yang dulit bagi remaja adalah
menjauhkan diri da dijauhi oleh temanya. Remaja mencurahkan pada teman-temanya
apa yang tersimpan di hatinya, dari angan, pemikiran dan perasaan-perassanya.
Ia mengungkapkan pada teman sebayanya yang akrap secara bebas dan terbuka
tentang rencana, cita-cita, dan kesulitan-kesulitan hidupnya.
Pengertian dan
saran-saran dari temanya akan membantu dirinya dalam menerima keadaan dirinya
serta memahami hal-hal yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain dan
keluarga oran lain. Semakin ia mengerti dirinya, semakin meningkatkan keadaanya
untuk menerima dirinya, mengetahui kekuatan dan kelamahanya. Ia akan menemukan
cara penyesuaianya yang tepat sesuai dengan potensi yang dimilikinya itu.
3.
Lingkungan
sekolah.
Sekolah mempunyai tugas yang tidak terbatas pada masalah
pengetahuan dan informasi saja, tetapi juga mencakup tanggung jawab moral dan
social secara luas dan kompleks. Demikian pula guru, tugasnya tidak hanya
mengajar saja tetapi juga berperan sebagai pendidik, pembimbing, dan pelatih
bagi murid-muridnya. Pendidikan yang modern menuntut guru untuk mengamati
pengembangan penyesuaian diri murid-muridnya serta mampu menyusun sistem
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan tersebut.
D.
Aspek-aspek
penyesuaian diri
pada dasarnya, penyesuaian diri memilikidua aspek, yaitu
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.
1.
Penyesuaian
pribadi
Penyesuain diri adalah kemampuan seseoarang untuk menerima diri
demi tercapainya hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan
sekitarnya. Ia mnyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnay, apa kelibihan dan
kekuranganya dan mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dan potensi
dirinya. Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak adanya rasa
benci tidak adanya keinginan untuk lari dari kenyataan, atau tidak percaya pada
potensi pada dirinya. Sebalinya, kegagalan penyesuain pribadi ditandai oleh
kegoncangan dan emosi, kecemasan, ketidak puasan, dan keluahan terhadap nasib
yang dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah antara kemampuan indifidu
dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkunganya. Hal inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian
terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakanya indifidu
harus melakukan penyesuaian diri.
2.
Penyesuain
sosial
Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi
datu dama lain yang terus menerus yang silih berganti. Dari proses tersebut,
timbul pola kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai dengan aturan, hokum,
adat istiadat, nilai, dan norma social yang berlaku dalam masyarakat. Proses
ini dikenal dengan istilah ptoses
penyesuaian social. Penyesuaian social terjadi dalam lingkungan hubungan
social ditempat indifidu itu hidup dan berinteraksi dengan orang lain.
Hubungan-hubungan social tersebut mencakup hubungan dengan anggota keluarga,
masyarakat sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum.
EVALUASI
Latihan
Soal !
1.
Jelaskan
pengertian dari penyesuaian diri !
2.
Sebutkan
tanda-tanda penyesuian diri yang positif !
3.
Faktor-faktor
apa sajakah yang dapat mempengaruhi penyesuian diri ?
4.
Lingkungan
keluarga yang harmonis merupakan salah satu faktor yang dapat menciptakan
penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja, mengapa demikian ?
5.
Penyesuaian
diri memiliki dua aspek, sebutkan dan jelaskan!
Kunci jawaban !
1.
Penyesuian
diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah
perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi
lingkungannya.
2.
a. Tidak menunjukkan adanya kegagalan
emosional yang berlebihan
b.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme pertahanan yang salah
c.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi
d.
Mampu
belajar dari pengalaman. Dan lain sebagainya.
3.
a.
Faktor fisiologis
b. Faktor psikologis
c. Faktor perkembangan dan kematanga
d. Faktor lingkungan
e. Faktor budaya dan agama
4.
Karena
didalam lingkungan keluarga, seorang anak mempelajari dasar-dasar dari cara
bergaul dengan orang lain. Biasanya yang menjadi contoh atau acuan adalah orang
tua, tokoh pemimpin, atau seorang yang menjadi idolanya.
5.
a.
Penyesuaian Pribadi
adalah
kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang harmonis
antara dirinya dan lingkungan sekitar.
b. Penyesuaian Sosial
Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi
satu sama lain yang terus menerus dan silih berganti. Dari proses tersebut
timbul suatu kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai dengan aturan, hokum,
adat istiadat, nilai dan norma sosial yang berlaku dalam amasyarakat.
Depdikbud, Dirjen Dikti PPIPT. 1982. Proses Penyesuaian Diri. Jakarta: Gunung Agung.
Gerungan. 1987. Psikoogi
Sosial. Bandung: PT Erasco.
Mampiere, Andi. 1982. Psikologi
Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Martaniah, Sri M. 1964. Peranan
Orangtua dalam Perkembangan Kepribadian. Yogyakarta: Jiwa Baru, 11/12
Th.XII.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar