Sepulang dari kerasnya mencari nafkah
Ku laju motorku dengan sedikit menikmati jalanan kota
Ku perhatikan sekitar dengan perlahan lahan
Meski fokusku tetap mengarah kedepan
Kala itu awan mendung seketika datang
Hujan pun turun rintik rintik
Tetap ku laju motorku tanpa peduli
Akhirnya ku berhenti memakai pelindung diri
Karena hujan tak lagi berteman dengan kondisi jalanan yang tajam
Ku teruskan perjalanan
Ku laju motorku dengan sedikit menikmati jalanan kota
Ku perhatikan sekitar dengan perlahan lahan
Meski fokusku tetap mengarah kedepan
Kala itu awan mendung seketika datang
Hujan pun turun rintik rintik
Tetap ku laju motorku tanpa peduli
Akhirnya ku berhenti memakai pelindung diri
Karena hujan tak lagi berteman dengan kondisi jalanan yang tajam
Ku teruskan perjalanan
Lambat
Semakin melambat
Selalu saja ingatan itu datang kala di jalanan
Sangat mendukung bertepatan dengan hujan
Semakin melambat
Selalu saja ingatan itu datang kala di jalanan
Sangat mendukung bertepatan dengan hujan
Aku seperti membatasi diri
Ku bangun tembok setebal mungkin, bukan setinggi mungkin
Biar aku masih bisa melihatmu, meski tak bisa menggapaimu
Biar kamu masih bisa saat 'ingin' melihatku
Dan tentu saja melihatku 'baik baik saja' menurutmu
Ku bangun tembok setebal mungkin, bukan setinggi mungkin
Biar aku masih bisa melihatmu, meski tak bisa menggapaimu
Biar kamu masih bisa saat 'ingin' melihatku
Dan tentu saja melihatku 'baik baik saja' menurutmu
Ku memutar motorku sekali lagi meski sudah berada di depan gang rumah
Putar kesana kemari meredakan amarah
Dingin, tapi mengapa jantungku seperti membara
Berkobar ingin meluapkan emosi jiwa
Putar kesana kemari meredakan amarah
Dingin, tapi mengapa jantungku seperti membara
Berkobar ingin meluapkan emosi jiwa
Ada seorang teman yg tiba tiba teringat
Dia pernah bercerita, saat dia lewat
Di depan rumah mantan kekasihnya yg baru berpisah
Mantan kekasihnya dengan kekasih barunya
Padahal belum ada seminggu berpisah
Dia tiba tiba berkata
'Waktu itu aku biasa aja, memang seperti itu biar tau rasa alhasil hingga sekarang aku membencinya dan sejenisnya'
Dia pernah bercerita, saat dia lewat
Di depan rumah mantan kekasihnya yg baru berpisah
Mantan kekasihnya dengan kekasih barunya
Padahal belum ada seminggu berpisah
Dia tiba tiba berkata
'Waktu itu aku biasa aja, memang seperti itu biar tau rasa alhasil hingga sekarang aku membencinya dan sejenisnya'
Seketika aku berfikir
"Ahhh sakit yg aku rasa tidak seberapa ya"
"Ahh luka sayatan ini tidak ada apa apanya ya"
"Ahh aku hanya kehilangan sebuah hati, mengapa aku persalahkan ya"
"Ahh aku masih bisa melihatnya kok meski tidak akan pernah memilikinya lagi"
"Ahh itu hanya kesalahan kecil kok, mengapa aku terus menerus mempersalahkannya"
"Ahh kesalahanku dulu pasti lebih parah ya, makanya dia memilih membalasku"
"Ahh bukan aku kan yang dia pilih, mengapa aku terus terluka sebegitunya"
Kalimat itu terulang ulang hingga kemudian aku tenang
Akhirnya aku kembali pulang
"Tidak masalah kamu tidak memiliki hati, toh meskipun hatimu kembali juga hanya berupa keping kepingannya saja"
"Bukan kesalahnnya, tapi kamu sendiri yang terlalu yakin dan percaya hingga semua itu disalah gunakan"
"Kamu yang terlalu polos, terlalu bergantung padanya hingga kamu sangat terluka oleh ketidakadilan yang kamu terima"
Semuanya baik baik saja, tentu saja
Aku sudah dirumah dengan basah kuyup, mata sembab
Sedikit tertawa, aku bilang pada mereka
"Aku baik baik saja"