Senin, 27 Mei 2013

Konsep penyesuaian diri peserta didik usia sekolah menengah




KONSEP PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK
USIA SEKOLAH MENENGAH


TujuanPembelajaran
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta didik/ mahasiswa mampu :
1.   Memahami konsep dari penyesuaian diri.
2.   Menjelaskan pengertian dari penyesuaian diri.
3.   Memahami karakterisitik penyesuaian diri.
4.   Mengetahui aspek-aspek dari penyesuaian diri.
5.   Memahami penyesuaian diri dari berbagai aspek kehidupan.

A. Pengertian Penyesuaian Diri
Kemampuan penyesuaian diri yang sehat terhadap lingkungan merupakan salah satu prasarat yang penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan maupun masyarakat pada umumnya. Tidak sedikit orang-orang yang menglami stress atau depresi akibat kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi lingkungan yang ada dan kompleks.
Makna keberhasilan pendidikan seseorang terletak pada sejauh mana yang telah dipelajari itu dapat membantu dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan dna tuntutan lingkungan kehidupannya. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari sekolah dan di luar sekolah. Seseorang memiliki sejumlah kecakapan, minat, sikap, cita-cita, da pandangan hidup. Dengan pengalaman-pengalaman itu, secara berkesinambungan, ai dibentuk manjadi seorang pribadi yang matang dan memiliki tanggung jawab sosial dan moral.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oelh faktor-faktor lingkungan yang kemungkinan akan berkembangan ke proses penyesuaian yang baik atau tidak baik. Sejak lahir sampai meninggal, seseorang individu merupakan organisme yang bergerak aktf dan dinamis. Ia aktif dengan tujuan dan aktivitas-aktivitasnya yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan rohani.
Pengertian penyesuaian diri (adaptasi) pada awalnya berasal dari pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi, yaitudikemukakan oleh Charles Darwin yang terkenal dengan teori evolusi. Ia mengatakan “genetic changes can improve the ability of organisms to survive, reproduce, and in animals, reise offspring, this process is called adaptation”. Artinya tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan alamiah lainnya. Semua makluk hidup secara alami telah dibekali beradaptasi dengan keadaan lingkungan alam untuk bertahan hidup. Dalam istilah psikologi, penyesuaian diri (adaptasi dalam istilah biologi) disebut dengan istilah adjustment merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991).
Dengan demikian, penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai berikut.
a.    Penyesuaian diri berarti adapatasi dapat dipertahankan eksistensi, atau bias “survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dnegan tuntutan lingkuangan sesial.
b.   Penyesuaian diri dapat pula diartikan sebagai konformitas yang berarti menyesuaiakan sesuatu dengn standar atau prinsip yang berlaku umum.
c.    Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan juga mengordinasir respons-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi-frustasi secara efektif. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat atau memenuhi syarat.
d.   Penyesuaian diri dapat diatikan sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosiaonal berarti memiliki respons emosional yang sehat dan tepat pada setiap persoalan.

B.   Karateristik Penyesuaian Diri
Dalam kenyataan, tidak selamanya individu akan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri. Hal itu disebabkan adanya rintangan atau hambatan tertentu yang menyebabkan ia tidak mampu melakukan penyesuaian diri secara optimal. Rintangan-rintangan tersebut, ada individu-individu yang mampu melakukan penyesuian diri secara positif, tetapi ada pula yang melakukan penyesuaian diri secara tidak tepat(salah suai).
Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.
1.   Penyesuaian Diri yang Positif
Diantaranya ditandai hal-hal sebagai berikut.
a.    Tidak menunujukan adanya ketegangan emosional yang berlebihan.
b.   Tidak menunjukan adanya mekanisme pertahankan yang salah.
c.    Tidak menunjukkkan adanya frustasi pribadi.
d.   Memiliki pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri.
e.    Mampu belajar dari pengalaman
f.     Bersikap realisktik dan objektif.
Dalam penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan berbagai bentuk berikut ini.
a.               Penyesuian diri dalam menghadapi masalah secara langsung
Dalam situasi ini, individu secara langsung menghadapi masalah dengan segala akibat. Ia akan melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Misalnya seorang remaja yang hamil sebelum menikah akan menghadapinya secara langsung dan berusaha mengemukakan segala alasan kepada orangtuanya.
b.               Penyesuian diri dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
Dalam situasi ini, individu mencari berbagai pengalaman untuk menghadapi dan memecahkan masalah-masalahnya. Misalnya, seorang siswa
c.                Penyesuaian diri dengan trial and error
Dalam cara ini, individu melakukan tindakan coba-coba, dalam arti kalau menguntungkan diteruskan dan kalu gagal tidak diteruskan. Misalnya, seorang pengusaha mengadakan spekulasi untuk meningkatkan usahanya.
d.               Penyesuaian diri dengan subsitusi (mencari pengganti)
Apabila individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, ia dapat memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti. Misalnya, gagal berpacaran secara fisik, ia akan berfantasi tentang seorang gadis idamannya.
e.                Penyesuaian diri dengan belajar
Dengan belajar, individu dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk membantu penyesuaian dirinya. Misalnya, seorang guru akan berusaha belajar tentang berbagai ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan profesionalismenya.
f.                 Penyesuaian diri dengan pengendalian diri
Penyesuaian diri akan lebih efektif jika disertai oleh engetahuan memilih tindakan yang tepat serta pengendalian diri yang tepat pula. Dalam situasi ini, indifidu akan berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang tidak perlu dilakukan.
Cara inilah yang disebut inhibisi
g.               Penyesuian diri dengan perncanaan yang cermat
Dalam haini, sikap dan tindakan yang dilakukan merupakan keputusan yang diambil berdasarkan perencanaan yang cermat atau matang. Keputusan diambil  setelah dipertimbangakan dari berbagai segi, seperti untung dan ruginya.
2.   Penyesuaian diri yang salah
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan indifidu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuain diri yang salah ditandai dengan sikap dan tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang realistic, membabi buta, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah, yaitu rekasi bertahan, rekasi menyerang, dan reaksi melarikan diri.
a.   Reaksi bertahan (defence reaction)
Indifidu berusaha mempertahankan dirinya dengan seolah-olah ia tidak menghadapi kegagaln, ia akan menunjukkan dirinya tidak mengalami kesulitan. Adapun bentuk kusus dari reaksi ini yaitu:
1)  Resionalisasi, yaitu mencari cari alasan yang masuk akal untuk membenarkan tindakanya yang salah.
2)  Refresi, yaitu menekan perasaanya yang dirasakan kurang enak kealam kurang sadar. Ia akan merusaha melupakan perasaan atau pengalamanya yang kurang menyenangkan atau menyakitkan.
3)  Proyeksi, yaitu menyalahkan kegagalan dirinya pada pihak lain atau pihak ketiga untuk mencari alasan yang bias diterima. Misalnya, seorang siswa yang tidak lulus hal itu disebabkan guru-gurunya membenci dirinya
4)  “Saur Grapes” (anggur kecut) yaitu memutar balikan fakta atau kenyataan. Misalnya, seorang remaja yang gagal menulis sms mengatakan bahwa handphonenya rusak, padahal dia sendiri tidak bias menggunakan HP.
b.   Reaksi menyerang (Aggrresif Action)
Individu yang salah akan menunjukka sikap dan perilaku yang bermanfat menyerang atau konfrontasi untuk menutupi kekurangan atau kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya atau tidak mau menerima kenyataan. Reaksi-reaksinya, antara lain:
1)  Selalu membenarkan diri sendiri,
2)  Selalu ingin berkuasa dalam setiap situasi,
3)  Merasa senang bila mengganggu orang lain,
4)  Suka menggertak, baik dengan ucapan maupun perbuatan,
5)  Menunjukan sikap permusuhan secara terbuka,
6)  Bersikap menyerang dan merusak,
7)  Keras kepala dalam sikap dan perbuatannya,
8)  Suka bersikap balas dendam,
9)  Memerkosa hak orang lain,
10)        Tindakannya suka serampangan, dan sebagainya.
c.    Reaksi melarikan diri (escape reaction)
Dalam reaksi ini, individu akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan konflik atau kegagalannya. Reaksinya tampak sebagai berikunya:
1)  Suka berfantasi untuk memuaskan keinginan yang tidak tercapai dengan bentukangan-angan(seoalah-olah sudah tercapai)
2)  Banyak tidur, suka minuman keras, bunuh diri, atau menjadi pecandu narkoba,
3)  Regresi, yaitu kembali pada tingkah laku kekanak-kanakan. Misalnya, orang dewasa yang bersikap dan berperilaku seperti anak kecil.
3.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri.
Proses penyesuaian diri sangat dipengaruhi oelh factor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri, baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor itu dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a.   Faktor Fisiologis
Kondisi fisik, seperti struktur fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik berkaitan erat dengan susunan tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe temperamen (Moh. Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ektomorf, yaitu ototnya lemah atau tubuhnya rapuh, ditandai oleh sifat-sifat segan dalam melakukan aktifitas social, pemalu, pemurung, dan sebagainya.
Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi yang primer bagi tingkah laku, dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan factor yang peting bagi proses penyesuaian diri.
Kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berpengaruh terhadap penyesuaian diri. Kualitas penyesuaian diri yang baik pula. Ini berarti bahwa gannguan jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya. Gangguan penyakit yang kronis dapatmenimbulkan kurangnya kepercayaan diri, perasaan rendah diri, rasa ketergantunangan, perasaan ingin dikasihi , dan sebagainya.
b.   Faktor Psikologis
Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri sperti pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-kebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, depresi, dan sebagainya.
1)  Faktor pengalaman
Tidak semua pengalaman mempunyai makna dalam penyesuaian diri. Pengalaman yang mempunyai arti dalam penyesuian diri, terutama pengalaman yang menyenangkan atau pengalaman traumatic (menyusahkan). Pengalaman yang menyenangkan, seperti memperoleh hadiah dari suatu kegiatan cederung akan menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya, pengalaman yang traumatik akan menimbulkan penyesuaian diri yang keliru atau salah susuai.
2)  Faktor belajar
Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri. Hal ini Karena melalui belajar, pola-pola respon yang membentuk kepribadian akan berkembang. Sebagian besar respon dan ciri-ciri kepribadian lebih banyak diperoleh dari proses belajar dari pada diperoleh secara diwariskan.
3)  Determinasi diri
Proses penyesuaian diri, disamping ditentukan oleh faktor-faktor tersebut diatas, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi dan atau merusak diri.
4)  Faktor konflik
Pengaruh konflik terhadap perilaku tergantung pada sikap konflik itu sendiri. Ada pandangan bahwa semua konflik bersifat mengganggu atau merugikan.Sebenarnya, beberpa konflik dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan dan penyesuaian diri.
c.    Faktor perkembangan dan kematangan
Dalam proses pengembangan, respon berkembang dari respon yang bersifat intinktif menjadi respon yang bersikap hasil belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia perubahan dan perkembangan respon, tidak hanya diperoleh proses beajar, tetapi juga perbuatan indifidu telah matang untuk melakukan respond an ini menentukan pola penyesuaian dirinya.
Sesuai dengan  hokum perkembangan, tingkat kematangan yang di capai indifidu yang berbeda-beda, sehingga pola-pola penyesuaian juga akan berfasiasi sesai tingkat perkembaganda kematangan yang dicapainya. Selain itu, hubungan atara penyesuain dan perkembangan dapat berbeda-beda menurut jenis aspek perkembangan dan kematangan yang dicapai. Kondisi-kondisi perkembangan dan kematangan mempengarui tiap aspek kepribadian indifidu, seperti emosiaonal, social, moral, keagamaan, dan intelektual.
d.   Faktor lingkungan
Berbagai lingkungan, seperti keluarga, sekolah dan masyarakat, kebusayaan, dan agama erpengaruh kuat terhadap diri seseorang.
1)  Pengaruh lingkungan keluarga
Dari sekian banyak faktor yang mengondisikan penyesuaian diri, faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting. Karena keluarga merupakan media sosialisasi bagi anak-anak proses sosialisasi dan interaksi social yang pertama dan utama di jelani indifidu dilingkungan keluarganya. Hasil sosialisasi tersebut kemudian dikembangakan dilingkungan sekolah dan masyarakat umum.
2)  Pengaru hubungandengan orang tua
Pola hubungan orang tua dan anak mempunyai pengaruh yan positif terhadap proses penyesuaian diri. Beberapa pola hubungan yang dapat mempengaruai penyesuaian diri adalah sebagai berikut.
·       Menerima (accep tance)
Orang tua menerima kehadiran anaknya dengan cara-cara yang baik, sikap penerimaan ini dapat menimbulkan suasana hangat, menyenangkan dan rasa aman bagi anak.
·       Menghukum dan disiplin yang berlebihan
Hubungan orang tua dengan anak bersifat keras. Disiplin yang terlalu berlebihan dapat menimbulkan suasana psikologis yang kurang menyenangkan bagi anak.
·       Memanjakan dan melindungi anak secara berlebiahan
Perlindungan dan pemanjaan secara berlebiahan dapat menimbulkan perasaan tidak aman, cemburu, rendah diri, canggung, dan gejala-gejala yang lainya
·       Penolakan
Orang tua menolak kehadiran. Beberapa penelitaian menunjukan bahwa penolakan orang tua pada anaknya akan menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri
3)  Hubungan saudara
Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasih sayang, berpengaruh terhadap penyesuaian diri yang lebih baik. Sebaliknya suasana permusuhan perselisihan, irihati, kebencian, kekerasa, dansebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan anak dalam penyesuaiandirinya
4)  Lingkungan masyarakat
Keadalaan lingkungan masyarakat tempat indifidu berada menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Hasil penelitian menunjukanbahwa gejala tingkah laku atau prilaku menyimpang bersumber pada pengaruh keadaan lingkungan masyarakatnya pergaulan yang salah dan terlalu bebas dikalangan reaja dapat mempengarui pola-pola  penyesuaian dirinya.
5)  Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah berperan sebagai media sosialaisasi, yaitu mempengaruhi kehifupan intelektual, social dan moral anak-anak. Suasana sekolah baik social ataupun psikologis akan mempengarui proses dan pola penyesuaian diri para siswanya. Pendidikan yang diterima anak disekolah merupakan bekal bagi proses penyesuain diri mereka dilingkungan masyarakatnya.
e.    Faktor budaya dan agama
Proses penyesuaian diri anak, emulai lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara bertahap dipengarui oleh faktor-faktor kultur dan agama. Lingkungan kultral tempat indifidu berada dan berinteraksi akan menentukan polao-pola penyesuaian dirinya. Misalnya, tata cara kehidupan di masjid atau gereja akan mempengaruhi cara anak menempatkan diri dengan masayarakat sekitarnya.
Agama mamberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang pada anak. Ajaran agama ini merupakan sumber nilai, norma, kepercayaan dan pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan dan kestabilan hidup anak. Sembayang dan berdoa merupakan media menuju arah  kehidupan yang lebih nyaman, tenang, dan berarti bagi manusia. oleh karena itu, agama memegang peranan penting dalam proses penyesuaian diri seseotang.

C.   Proses penyesuaian diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan.  Seperti kita ketahui penyesuaian diri yang tidak akan pernah tercapai. Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses psikologis sepanjang hayat (live long procces) dan manusia terus menerus akan berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup, guna mencapai pribadi yang sehat.
        Orang akan dikatakansukses dalam melakukan penyesuaian diri jika ia akan mamenuhi kebutuhanya dengan cara-cara yang wajar atau dapat dierima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu orang lain. Penyesuaian diri yang baik, yang selalu ingin diraih oleh seotang tidak akan dicapai, kecuali kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan tergoncangan dan ketegangan jiwa.
        Pada dasarnya enyesuaian diri melibatkan indifidu dengan lingkunganya. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menciptakan penyesuain diri yang cukup sehat bagi remaja adalah sebagai berikut.
1.   Lingkungan keluarga yang harmonis
Apabila dibesarkan dalam keluarga yang harmonis yang didalamnyaterdapat cinta kasih, respek telorensi, rasa aman, dan kehangatan, seorang anak akan dapat melakukan pen yesuaian diri secara sehat dan baik. Rasa dekat dengan keluarga merupakan suatu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang anak
        Lingkungan keluarga juga meupakan lahan untuk mengambangakan berbagai kemampuan, yang dipelajarainya melalui permainan, canda gurau, pengalaman sehari-hari dalam keluarga. Dilingkungan keluarga, seorang anak belajar untuk tidak egaois. Ia diharapkan dapat bebagi rasa dengan anggota kelurga yang lain dan belajar untuk menghargai hak orang lain.
        Dalam interaksi dengan keluarganya, seorang anak juga mempelajari sejumlah adat dan kebiasaan, seperti dalam hal makan, minum, berbicara, berpakaian , cara berjalan, duduk dan sebagainya. Selain itu, dalam keluaraga masih banyak hal lain yang berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, sepert rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, sikap telorensi, kerjasama, kehangatan, dan rasa aman yang semua hal itu sangat berguan bagi penyesuaian diri di masa depanya.
2.   Lingkungan Teman Sebaya
Menjalin hubungan yang erat dan harmaonis dengan teman sebaya sangatlah penting pada masa remaja. Suatu hal yang dulit bagi remaja adalah menjauhkan diri da dijauhi oleh temanya. Remaja mencurahkan pada teman-temanya apa yang tersimpan di hatinya, dari angan, pemikiran dan perasaan-perassanya. Ia mengungkapkan pada teman sebayanya yang akrap secara bebas dan terbuka tentang rencana, cita-cita, dan kesulitan-kesulitan hidupnya.
        Pengertian dan saran-saran dari temanya akan membantu dirinya dalam menerima keadaan dirinya serta memahami hal-hal yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain dan keluarga oran lain. Semakin ia mengerti dirinya, semakin meningkatkan keadaanya untuk menerima dirinya, mengetahui kekuatan dan kelamahanya. Ia akan menemukan cara penyesuaianya yang tepat sesuai dengan potensi yang dimilikinya itu.
3.   Lingkungan sekolah.
Sekolah mempunyai tugas yang tidak terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, tetapi juga mencakup tanggung jawab moral dan social secara luas dan kompleks. Demikian pula guru, tugasnya tidak hanya mengajar saja tetapi juga berperan sebagai pendidik, pembimbing, dan pelatih bagi murid-muridnya. Pendidikan yang modern menuntut guru untuk mengamati pengembangan penyesuaian diri murid-muridnya serta mampu menyusun sistem pendidikan yang sesuai dengan perkembangan tersebut.

D. Aspek-aspek penyesuaian diri
pada dasarnya, penyesuaian diri memilikidua aspek, yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.
1.   Penyesuaian pribadi
Penyesuain diri adalah kemampuan seseoarang untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya. Ia mnyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnay, apa kelibihan dan kekuranganya dan mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dan potensi dirinya. Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak adanya rasa benci tidak adanya keinginan untuk lari dari kenyataan, atau tidak percaya pada potensi pada dirinya. Sebalinya, kegagalan penyesuain pribadi ditandai oleh kegoncangan dan emosi, kecemasan, ketidak puasan, dan keluahan terhadap nasib yang dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah antara kemampuan indifidu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkunganya. Hal inilah yang menjadi  sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakanya indifidu harus melakukan penyesuaian diri.
2.   Penyesuain sosial
Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi datu dama lain yang terus menerus yang silih berganti. Dari proses tersebut, timbul pola kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai dengan aturan, hokum, adat istiadat, nilai, dan norma social yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini dikenal dengan istilah ptoses  penyesuaian social. Penyesuaian social terjadi dalam lingkungan hubungan social ditempat indifidu itu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan social tersebut mencakup hubungan dengan anggota keluarga, masyarakat sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum.
EVALUASI
Latihan Soal !
1.   Jelaskan pengertian dari penyesuaian diri !
2.   Sebutkan tanda-tanda penyesuian diri yang positif !
3.   Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi penyesuian diri ?
4.   Lingkungan keluarga yang harmonis merupakan salah satu faktor yang dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja, mengapa demikian ?
5.   Penyesuaian diri memiliki dua aspek, sebutkan dan jelaskan!
Kunci jawaban !
1.   Penyesuian diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya.
2.   a.    Tidak menunjukkan adanya kegagalan emosional yang berlebihan
b.   Tidak menunjukkan adanya mekanisme pertahanan yang salah
c.    Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi
d.   Mampu belajar dari pengalaman. Dan lain sebagainya.
3.   a. Faktor fisiologis
b. Faktor psikologis
c. Faktor perkembangan dan kematanga
d. Faktor lingkungan
e. Faktor budaya dan agama
4.   Karena didalam lingkungan keluarga, seorang anak mempelajari dasar-dasar dari cara bergaul dengan orang lain. Biasanya yang menjadi contoh atau acuan adalah orang tua, tokoh pemimpin, atau seorang yang menjadi idolanya.
5.   a. Penyesuaian Pribadi
adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitar.
b. Penyesuaian Sosial
Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain yang terus menerus dan silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai dengan aturan, hokum, adat istiadat, nilai dan norma sosial yang berlaku dalam amasyarakat.


DAFTAR RUJUKAN

Depdikbud, Dirjen Dikti PPIPT. 1982. Proses Penyesuaian Diri. Jakarta: Gunung Agung.

Gerungan. 1987. Psikoogi Sosial. Bandung: PT Erasco.
Mampiere, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Martaniah, Sri M. 1964. Peranan Orangtua dalam Perkembangan Kepribadian. Yogyakarta: Jiwa Baru, 11/12 Th.XII.